Ancaman krisis ekonomi global sedang membayangi dunia, dimana krisis ini menurut beberapa pengamat akan lebih berbahaya daripada krisis ekonomi pada 2008-2009. Presiden Bank Dunia Robert Zoellick mengatakan bahwa tsunami ekonomi global yang berawal dari krisis ekonomi AS dan Eropa akan berakibat jauh ke Asia termasuk Asia Tenggara. Krisis ekonomi global saat ini juga diiringi oleh krisis politik di sebagian wilayah di Timur Tengah, mulai dari Tunisia, Mesir, Libya, dan masih mengancam beberapa negara Timur Tengah lainnya, sehingga dampak dari krisis ekonomi ini akan semakin besar. Menurut Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schaeuble di ST Gallen, Swiss, saat menyampaikan paparan di University of ST Gallen, Minggu (28/8/2011) diungkapkan bahwa "Akan terjadi tujuh tahun ekonomi mengalami kelesuan," Ia menegaskan periode kesakitan pada jangka pendek dan potensi keuntungan pada jangka panjang, dimana di antara kedua periode itulah terjadi tujuh tahun ekonomi yang lesu.
Untuk mengurangi dampak krisis ekonomi global, perlu di ketahui dan dianalisa akar penyebab terjadinya krisis tersebut, yang menurut pengamat di sebabkan oleh rapuhnya fundamental ekonomi. Sebagaimana yang disampaikan Michael Camdessus (1997), Direktur International Monetary Fund (IMF) dalam sambutannya pada Growth-Oriented Adjustment Programmes sebagai berikut: "Ekonomi yang mengalami inflasi yang tidak terkawal, defisit neraca pembayaran yang besar, pembatasan perdagangan yang berkelanjutan, kadar pertukaran mata uang yang tidak seimbang, tingkat bunga yang tidak realistik, beban hutang luar negeri yang membengkak dan pengaliran modal yang berlaku berulang kali, telah menyebabkan kesulitan ekonomi, yang akhirnya akan memerangkapkan ekonomi negara ke dalam krisis ekonomi".
Disisi lain,menurut pandangan pakar ekonomi Islam, penyebab utama krisis adalah kepincangan sektor moneter (keuangan) dan sektor riel, dimana saat ini sektor keuangan berkembang dengan cepat melepaskan dan meninggalkan jauh sektor riel. Bahkan ekonomi kapitalis,tidak mengaitkan sama sekali antara sektor keuangan dengan sektor riel. Hal ini sejalan dengan yang terjadi di Indonesia pada krisis ekonomi pada tahun 1998, dimana pada saat sektor keuangan ambruk,di sisi lain pada sektor riel seperti UMKM, petani,mampu bertahan.
Oleh karena itu kedepan, dalam pembangunan ekonomi perlu lebih difokuskan pada pengembangan sektor riel yang lebih melibatkan banyak masyarakat, sehingga kita dapat mengurangi dampak terjadinya krisis ekonomi, yang disisi lain juga dapat mengurangi kemiskinan..
Dari Berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar