Kamis, September 01, 2011

Krisis Ekonomi Global

Ancaman krisis ekonomi global sedang membayangi dunia, dimana krisis ini menurut beberapa pengamat akan lebih berbahaya daripada krisis ekonomi pada 2008-2009. Presiden Bank Dunia Robert Zoellick mengatakan bahwa tsunami ekonomi global yang berawal dari krisis ekonomi AS dan Eropa akan berakibat jauh ke Asia termasuk Asia Tenggara. Krisis ekonomi global saat ini juga diiringi oleh krisis politik di sebagian wilayah di Timur Tengah, mulai dari Tunisia, Mesir, Libya, dan masih mengancam beberapa negara Timur Tengah lainnya, sehingga dampak dari krisis ekonomi ini akan semakin besar. Menurut Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schaeuble di ST Gallen, Swiss, saat menyampaikan paparan di University of ST Gallen, Minggu (28/8/2011) diungkapkan bahwa "Akan terjadi tujuh tahun ekonomi mengalami kelesuan," Ia menegaskan periode kesakitan pada jangka pendek dan potensi keuntungan pada jangka panjang, dimana di antara kedua periode itulah terjadi tujuh tahun ekonomi yang lesu.

Untuk mengurangi dampak krisis ekonomi global, perlu di ketahui dan dianalisa akar penyebab terjadinya krisis tersebut, yang menurut pengamat di sebabkan oleh rapuhnya fundamental ekonomi. Sebagaimana yang disampaikan Michael Camdessus (1997), Direktur International Monetary Fund (IMF) dalam sambutannya pada Growth-Oriented Adjustment Programmes sebagai berikut: "Ekonomi yang mengalami inflasi yang tidak terkawal, defisit neraca pembayaran yang besar, pembatasan perdagangan yang berkelanjutan, kadar pertukaran mata uang yang tidak seimbang, tingkat bunga yang tidak realistik, beban hutang luar negeri yang membengkak dan pengaliran modal yang berlaku berulang kali, telah menyebabkan kesulitan ekonomi, yang akhirnya akan memerangkapkan ekonomi negara ke dalam krisis ekonomi".

Disisi lain,menurut pandangan pakar ekonomi Islam, penyebab utama krisis adalah kepincangan sektor moneter (keuangan) dan sektor riel, dimana saat ini sektor keuangan berkembang dengan cepat melepaskan dan meninggalkan jauh sektor riel. Bahkan ekonomi kapitalis,tidak mengaitkan sama sekali antara sektor keuangan dengan sektor riel. Hal ini sejalan dengan yang terjadi di Indonesia pada krisis ekonomi pada tahun 1998, dimana pada saat sektor keuangan ambruk,di sisi lain pada sektor riel seperti UMKM, petani,mampu bertahan.

Oleh karena itu kedepan, dalam pembangunan ekonomi perlu lebih difokuskan pada pengembangan sektor riel yang lebih melibatkan banyak masyarakat, sehingga kita dapat mengurangi dampak terjadinya krisis ekonomi, yang disisi lain juga dapat mengurangi kemiskinan..

Dari Berbagai Sumber

Minggu, Agustus 14, 2011

Zakat "Membangun Negeri"

Masalah kemiskinan merupakan persoalan mendasar di banyak negara termasuk Indonesia. Jeratan "lingkaran setan kemiskinan" ini seakan sulit dipecahkan karena menyangkut masalah yang kompleks sehingga memerlukan upaya yang luar biasa untuk mengatasinya. Berbagai upaya telah banyak dilakukan dalam pengurangan kemiskinan , mulai dari upaya pemberian bantuan seperti BLT, penyediaan pelayanan dasar, sampai dengan upaya pemberdayaan masyarakat. Upaya "Membangun Negeri" tidak terlepas dari bagaimana langkah-langkah dalam mengatasi persoalan kemiskinan ini.

Zakat merupakan salah satu potensi yang luar biasa untuk mengatasi kemiskinan terutama bagi umat Islam dimana jika pengumpulan zakat dapat dilakukan secara optimal akan tersedia cukup dana bagi pengentasan kemiskinan. Optimalisasi pengelolaan zakat memang memerlukan keseriusan dan kerja keras semua pihak mulai dari pemerintah, ulama, lembaga pengelola zakat, sampai masyarakat.

Penyaluran dan pemanfaatan zakat juga perlu perhatian yang serius, yaitu diharapkan penyaluran zakat dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan ekonomi produktif, agar nantinya si penerima dapat lebih berkembang dengan usaha yang dilakukan.

Semoga di masa yang akan datang, zakat dapat lebih berperan dalam "Membangun Negeri"...

Dari Berbagai Sumber

Rabu, Agustus 12, 2009

Kredit Mikro Salah Satu Solusi Pengurangan Kemiskinan

Masalah kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang disebabkan oleh banyak faktor yang ditandai dengan rendahnya mutu kehidupan masyarakat, dan terjadinya ketimpangan antar wilayah terutama perkotaan dan perdesaan. Dari data BPS (2007), jumlah penduduk miskin Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta jiwa atau 16,58% dari jumlah penduduk Indonesia dimana sebagian besar (63,52%) penduduk miskin berada di daerah perdesaan yang umumnya bekerja di sektor pertanian.

Usaha memperbaiki produktifitas, profitabilitas dan keberlanjutan pertanian kecil merupakan jalan utama untuk keluar dari kemiskinan dalam menggunakan pertanian untuk pembangunan, dimana keuangan mikro memegang peranan yang penting sebagai alat yang efektif bagi proses pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat dapat memiliki aset produktif yang membuat mereka dapat berusaha secara mandiri. Akses terhadap jasa keuangan berkelanjutan memungkinkan masyarakat miskin meningkatkan pendapatan, melakukan diversifikasi usaha, meningkatkan aset, dan mengurangi kerentanan mereka terhadap tekanan ekonomi. Keuangan mikro memungkinkan rumahtangga berpendapatan rendah untuk beralih dari sekedar perjuangan untuk bertahan hidup dari hari ke hari menuju perencanaan masa depan yang lebih baik, investasi untuk gizi yang lebih baik, peningkatan kondisi kehidupan, serta peningkatan kesehatan dan pendidikan anak-anak.

Sumber:
http://www.microfinancegateway.org
http://www.bps.go.id
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

this widget by www.AllBlogTools.com